Antisipasi Stagflasi, Warga Diimbau Tanam Cabai, Tomat, sangkat Bawang

Antisipasi Stagflasi, Warga Diimbau Tanam Cabai, Tomat, sangkat Bawang Antisipasi Stagflasi, Warga Diimbau Tanam Cabai, Tomat, sangkat Bawang

Bandung, Sobat - Pemerintah Indonesia merancang berbagai kebijakan akan menghindari risiko adanya stagflasi. Ini merupakan kenaikan inflasi dempet sebagian sektor, balasan bahan baku akan meningkat utamanya komoditas energi dan pangan. Namun, inflasi ini pula tidak diimbangi akan peningkatan permintaan.

Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Jawa Barat Herawanto merekomendasikan beberapa langkah berkuasa dalam menghadapi kemungkinan risiko stagflasi ekonomi. Untuk jangka sekejap, masysarakat bisa ikut serta menekan inflasi pangan atas menanam tanaman holtikultura adapun digunakan setiap hari.

"Yang bisa dilakukan merupakan memberikan bibit tanaman musiman kepada warga adapun melakukan urban farming. Karena tanaman sebagaimana cabai  bawang merah, ini sebagian bulan bisa panen, " kata Herawanto cukup high level meeting TPID Jabar, Kamis (14/7/2022). 

Saat ini harga pangan memang sedang banyak bersama menjadi menyimpang satu penyebab inflasi di berbagai daerah termasuk di Jawa Barat. Maka, menjumpai menghindari inflasi pangan terus meningkat, jumlah kebutuhan ini patut dinaikkan menyimpang perorangan dengan penanaman di setiap lingkungan rumah.

1. Perbaiki distribusi pangan

Langkah lain yang bisa membisubil demi menjaga infalasi pangan yaitu memastikan kebaikan distribusinya. Ini berprofesi bagian berkuasa yang perlu dilakukan semua pihak, terutama agar ongkos kirim tidak melonjak.

Selama ini pendistribusian tidak dijalankan beserta tepat. Misalnya, pangan atas Jawa Barat layak dibawa dulu ke pasar induk hadapan Jakarta, modern kemudian dijual lagi ke daerah hadapan Jawa Barat. Itu bisa melontarkan rantai pasok terterus panjang setenggat harga komoditas naik signifikan.

"Satgas pangan pula wajib gerak, karena ini mau membantu agar distribusi lancar dekat jalan. Mari kita dorong Jabar punya pasar induk dekat sentra produksi hortikultura. Jangan semua dilempar ke Jakarta sehingga harga tidak terkalakian mahal," kainterogasi. 

2. Kerja kembar antara daerah dalam pemenuhan pangan layak ditingkatkan

Sementara itu, Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Yerry Yanuar mengatakan, Jabar saat ini meski secara moneter indikator ekonomi terlihat tidak marah. Itu tercermin melalui pertumbuhan ekonomi bahwa masih di atas nasional, nilai ekspor bahwa terus naik, bersama suplai pangan bahwa mencukupi. Namun risiko stagflasi perlu terus diantisipasi.

"Pertumbuhan ekonomi Jabar masih di atas nasional 5,61 persen. Akan tetapi inflasi kita agak ada peningkatan. Nah, stagflasi ini kan antara pertumbuhan akan makin pelan, inflasi meningkat, itulah persoalannya," sambungnya.

Maka pada High Level Meeting itu dirumuskan sejumlah langkah antisipasi baik bagi jangka pendek, menengah, lewat jauh. Diharapkan rumusan yang dirancang dapat segera terealisasikan lewat berdampak pas pada pertumbuhan perekonomian Jabar, terlebih lagi nasional.

Untuk antisipasi jangka cepak, melenceng sendiri langkah yang mau dilakukan adalah memangkas jalur distribusi pangan. Kemudian kudu ada kerja sepadan regional antar kabupaten/kota untuk bisa saling memenuhi kebutuhan pangan.

"Misalnya jika suatu wilayah kekurangan komoditas A, maka wilayah ini kontak ke wilayah B, sesangkat ketika ada suatu kebutuhan tidak bagi luar biasa naik (harganya), " imbuhnya.

Jika sentra pangan antara suatu daerah menghasilkan produk pertanian, tapi didistribusikan dengan jalur adapun panjang selanjutnya tak ternilai, maka kondisi sebagai itu perlu dipersingkat.

Jangan sampai daerah prokartonen malah kesulitan mendapatkan komoditas yang dihasilkan daerahnya sendiri. Sementara daerah lain yang merupakan daerah pelanggan mendapat pasokan melimpah.

3. Investasi sektor pangan juga kudu ditingkatkan

Sementara itu Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ferry Irawan mengmenyibakkan, Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) mengapresiasi High Level Meeting yang digelar TPID Jabar.

Menurut Ferry, secara domestik pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan bersama negara lain. Namun demikian risiko stagflasi ketimbang negara lain perlu terus diantisipasi.

"Beberapa tindak lanjut akan akan dilakukan TPID Jabar itu akan diharapkan bisa selaku bagian berguna bagi menjaga sebandingitas inflasi kita terutama semester II tahun 2022," harapnya.

Kepala Dinas Penanaman Modal dengan Pejasa Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jabar Noneng Komara mengatakan, promosi investasi dalam sektor pangan agak berprofesi penting terkait antisipasi stagflasi. Ketika pertumbuhan ekonomi lebih lumat dari inflasi tentu saja berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.

"Maka itu dari sisi investasi, kita melibatkan para pemilik_kekayaan ke sektor-sektor ketahanan pangan seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, bersama peternakan," tambalnya.