Alami Krisis Ekonomi Parah, Sri Lanka Menyatakan Butuh US$5 Miliar akan Enam Bulan

BERITA - COLOMBO. Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, pada hari Selasa (7/6) mengatakan bahwa negaranya membutuhkan US$5 miliar demi memenuhi kebutuhan dasarnya dalam enam bulan ke depan. Negara nan tengah ditempa krisis ekonomi ini masih mengharapkan bantuan melalui sejumlah negara.
Dilansir daripada Reuters, untuk mengatasi krisis ekonominya Sri Lanka membutuhkan sekitar US$3,3 miliar untuk impor bahan bakar, US$900 juta untuk pangan, US$250 juta untuk gas masak, memakai US$600 juta lainnya untuk pupuk seberjarak tahun ini.
PM Wickremesinghe menjelaskan bahwa bank sentralnya telah memperkirakan ekonomi Sri Lanka atas berkontraksi sebongsor 3,5% ala tahun 2022.
"Saya yakin pertumbuhan dapat kembali memakai paket reformasi akan bangkit, restrukturisasi utang, maka dukungan internasional. Kita pantas mencapai kukuh itas ekonomi di akhir tahun 2023," kata Wickremesinghe.
Sri Lanka dilanda krisis ekonomi terburuknya dalam tujuh dekade. Kondisi ini menyebabkan negara Asia Selatan tersebut kekurangan devisa yang menghentikan impor barang-barang istimewa seperti bahan bakar, obat-obatan bersama pupuk.
Beragam maluput ekonomi atas komoditas tercantum dengan akhirnya mendorong devaluasi, protes jalanan, santak pergantian pemerintahan.
Negara bersama populasi 22 juta tersebut kini sedang merundingkan paket pinjaman senilai sekitar US$3 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF) bagaikan tambahan. Sri Lanka juga masih melobi negara-negara bagaikan China, India, maka Jepang untuk bisa mendapatkan bantuan.
Kabinet Sri Lanka pada hari Selasa telah menyetujui batas hutang senilai US$55 juta ketimbang Bank Exim India mendanai mendanai 150.000 ton impor urea. Langkah ini dianggap sangat berharga karena persediaan telah habis pada tengah musim tanam saat ini.
Sri Lanka terus melakukan negosiasi ulang dengan China mengenai persyaratan swap kedalam mata uang yuan senilai US$1,5 miliar yang telah disepakati tahun lantas.
PBB ikut turun tangan dengan melaksbocahan seruan publik dempet seluruh dunia untuk Sri Lanka pada hari Rabu (8/6) ini. PBB juga telah menjanjikan US$48 juta untuk mangsa, pertanian dan, kesehatan